PERUBAHAN SOSIAL
DISUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK – III
v
ULPIANI :
v
SITI
HARDIANTI :
v
HARIATI : D.1201.0318
v
SUKMAWATI :
v
USRAWATI :
v
SRI
WAHYUNI :
v
SUKRI :
v WAHYU ABDILLAH :
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan
yang maha esa, karena atas karunianya – Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya.
Terima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam rangka penyusunan makalah
ini, dan terima kasih pula kepada dosen pemberi mata kuliah karena telah
memotivasi kami dalam hal mengembangkan wawasan pengetahuan sehingga kami sangat
bersyukur untuk mengerjakan tugas makalah ini.
Kemudian
kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pemberi mata kuliah,
untuk perbaikan tugas berikutnya nanti.
Akhir kata, Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita sebagai mahasiswa yang ilmiah, Terimah kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pada saat ini masih banyak sekali
masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan memahami pendekatan dan
model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar hanya pernah mendengar
tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal pendekatan dan model
pengembangan kurikulum iini sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan
suatu kurikulum. Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan pembaca
pada umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya.
B. Rumusan
masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
1. Pendekatan
dan model pengembangan kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolakatau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna
yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa
berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction),
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement).
Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum,
struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran,
sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya
berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi
rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan
oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan
pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang dimaksud pengembangan
kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks
pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri
Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan
penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan
beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang
sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan
suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah,
makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur
kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi
kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk
membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah
cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti
langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik.
B.Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum sebaiknya dilaksanakan secara
sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa
keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif,
tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai
konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga
kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam
pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya
adalah:
1.Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum
kurikulum 1975. bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang
berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode
yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
2.Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini,
menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum
yang berorientasi pada tujuan adalah:
• Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan
kurikulum
• Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi
pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
• Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan
arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
• Hasil penilaian yang terarah tersebut akan
membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di
perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan
kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan
itu sendiri (bagi guru).
3.Pendekatan dengan Organisasi Bahan
a.Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata
pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi,
Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan
pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa
secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek,
yaitu:
Pendekatan
Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas
Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu
Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup
suatu bidang studi.
Pendekatan
Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti
dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang
berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya
Pendekatan
Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai
pokok pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat
bahan pembicaraan mengenai segi wisatanya, antropologi, budaya, politik,
ekonomi dan sebagainya.
Pendekatan
Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang
mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari
bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia
seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang
terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan
tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan
kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif,
dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan
tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian
komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan
komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang
mengambil keputusan kurikulum.
Pengertian Model Pengembangan kurikulum
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75).
Definisi lain dari model adalah abstraksi dari
sistem sebenarnya, dalam
gambaran yang lebih
sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat
menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas
dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa
sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii).
Jadi, Model ialah sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan.
B.MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang
dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari
keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan
pendekatannya maupun pengembangannya;
1.Model Kurikulum Berdasarkan Proses Pengajaran
a.The Subject Design
Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah
dalam bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama.
Orang-orang Yunani kemudian Romaawi mengembangkan Trivium dan Quadrivium.
Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium meliputi
matematiks, geometri, astonomi, dan musik.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini
adalah :
1)kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah,
satu terlepas dari yang lainnya.
2)isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas
dari kejadian-kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3)Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat,
kebuutuhan dan pengalaman peserta didik
4)Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu
sering menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakannya
5)Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang
memperhatiakn cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang
menyebabkan peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk
desain kurikulum ini mempunyai beberapa kelebhan karena kelebihan-kelebihan
tersebut bentuk kurikulum ini lebih
banyak dipakai.
1)Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang
sudah tersusun secara sitematis logis,
maka penyusunnya cukup mudah.
2)Bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh
guru-guru maupun orang tua, sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3)Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi umumnya
menggunakan bentuk ini
4)Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien,
karena metode utamanya adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat
efisiennya cukup tinggi
5)Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk
melestarikan dan mewariskan warisan budaya masa lalu.
b.The Disciplines Design
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin
ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, satu
pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari
aliran ini berpegang teguh pada
disiplin-disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan
sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat
penguasaan,disciplines design tidak
seperti subject design yang menekankan
penguasaab fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (understing). Para
peserta didik didorong untuk memahami logika
atau struktur dasar suatu
disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting juga
didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and
discovery).
Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan
ekspositori yang menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi
menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah
menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama, kurikulum ini
bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat
memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik
tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai
konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk,
desain ini maasih memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan
pengetahuan yang berintegrasi.Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah
dengan masyarakat atau kehidupan.Ketiga, belum bertolak dari minat dan
kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum
efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima,
meskipun sudah lebih luas dibandingkan
dengan subject design tetapi secara
akademis dan intelektual masih cukup sempit.
c.The Broad Fields Design
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah
menyiapakan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang
sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk
kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah menengah
atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama,
karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan
beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya
secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata
kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara beberapa hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa
kelemahan model kurikulum ini.Pertama, kemampuan guru, untuk tingkat sekolah
dasar guru mampu menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih
tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali.Kedua, karena bidang yang
dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang
diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas
sekali,tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang
sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar.
Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah di bandingkan dengan subject
design, tetapi model ini tetap
menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat
tinggi.
2.Model Kurikulum Berdasarkan Pengelolaan Kurikulum
a.Model administrative ( Administrative )
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model
paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau
line staf, karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang
administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala
kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim
pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri
atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin
ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim atau komisi ini
adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan
strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini
terumuskan dan mendapat pengakajian yang seksama, administrator pendidikan
menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau
komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, guru-guru bidang studi yang senior.
Karena sifatnya yang datang dari atas, model
pengembangan kurikulum demikian disebut juga model “top down” atau “line
staff”. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab
menuntut kesiapan dari pelaksanaanya, terutama guru-guru. Mereka perlu
mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat
dihindarkan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama
tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring pengamatan dan
pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat
perlu juga dilakukan evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponenya
prosedur pelaksanaan maupun keberhasilanya. Penilaian menyeluruh dapat
dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah. Sedang penilaian
persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil
penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di
tingkat pusat, daerah maupun sekolah.
b.Model dari bawah ( Grass-Roots )
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model
pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas
tetapi datang dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan
kurikulum yang pertama,digunakan dalam sistim pengelolaan pendidikan/kurikulum
yang bersifat sentralisasi, sedangkan Grass Roots Model akan berkembang dalam
sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass
Roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah
mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan
dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh
bidang studi dan keseluruhan komponen kurikulum. Apabil kondisinya telah
memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, vasilitas, biaya maupun
bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih
baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling
tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu dialah yang paling berkompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembang
kurikulum yang deikemukakan oleh smith, stanley dan shores (1957:429) dalam
pengembangan kurikulum karangan Prof. DR. Nana Syaodih Sukmadinata.
Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model
mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi
mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau
keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum
yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan
terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada
giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
3.Model Kurikulum Berdasarkan Implementasi Kurikulum
Terdapat beberapa model implementasi kurikulum,
sebagaimana yang disampaikan oleh Miller dan Seller (1985: 249-250), yaitu :
a.The Concerns Based Adaptation Model (CBAM)
Inti dari model ini adalah menggambarkan,
mengidentifikasi beberapa tingkat perhatian atau kepedulian guru tentang suatu
inovasi dan bagaimana guru menggunakan inovasi di dalam kelas. Model ini
merupakan hasil riset implementasiinovasi di sekolah dan perguruan tinggi, yang
diselenggarkan oleh Universitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Texas. CBAM
mengemukakan dua deminsi untuk menguraikan perubahan yaitu :
1)Stage of Concern about the Inovation (SoC), dengan
menguraikan perasaan guru dalam proses perubahan,
2)Level of Use the Inovation (LoU) dengan
menguraikan performen guru dalam menggunakan sebuah program baru. Model ini
dikembangkan oleh Hall dan Louck (1978).
b.TORI Model.
Model ini dikembangkan oleh Gibb (1978) dengan fokus
utama pada perubahanpersonal atau pribadi dan perubahan sosial. Model ini
menyediakan suatu skala yang membantu guru mengidentifikasi bagai mana
lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai harapan untuk mengimplementasikan
inovasi dalam praktek dan menyediakan beberapa petunjuk untuk menyediakan
perubahan.
c.The Profile Inovate Model
Model ini dikembangkan oleh Leithwood pada tahun
1982, yang juga berfokus pada guru. Model implementasi kurikulum ini,
memungkinkan para guru dan pengembang kurikulum untuk mengembangkan suatu
gambaran (profile), hambatan-hambatan dalam melakukan perubahan, serta berupaya
untuk mengatasi hambatan tersebut. Model Leithwood ini tidak hanya bersifat
deskriptif, tetapi juga memberikan strategi-strategi bagi guru untuk mengatasi
hambatan-hambatan dalam implementasi. Kedua model di atas dapat digunakan dalam
implementasi program yang memiliki orientasi beragam, serta kedua model ini
paling sering digunakan dalam orientasi kurikulum transaksional (transaction
curriculum).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang
menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah Pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum.
Model
pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan pengembangan kurikulum tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar