Kamis, 02 Mei 2013

pendekatan kurikulum


MAKALAH

PERUBAHAN SOSIAL


 














                             
 DISUSUN OLEH

NAMA KELOMPOK – III

v  ULPIANI                                 :
v  SITI HARDIANTI                   :
v  HARIATI                                 : D.1201.0318
v  SUKMAWATI                         :
v  USRAWATI                            :
v  SRI WAHYUNI                       :
v  SUKRI                                     :
v  WAHYU ABDILLAH             :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya – Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam rangka penyusunan makalah ini, dan terima kasih pula kepada dosen pemberi mata kuliah karena telah memotivasi kami dalam hal mengembangkan wawasan pengetahuan sehingga kami sangat bersyukur untuk mengerjakan tugas makalah ini.
Kemudian kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pemberi mata kuliah, untuk perbaikan tugas berikutnya nanti.
Akhir kata, Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita sebagai mahasiswa yang ilmiah, Terimah kasih.




















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

Pada saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan memahami pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar hanya pernah mendengar tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal pendekatan dan model pengembangan kurikulum iini sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum. Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan pembaca pada umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya.

B.     Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Pendekatan dan model pengembangan kurikulum.











BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolakatau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya, tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri
Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
B.Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum sebaiknya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:
1.Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
2.Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
• Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
• Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan
• Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
• Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru).
3.Pendekatan dengan Organisasi Bahan
a.Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.


b.Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
  Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
  Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya
  Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
  Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.



Pengertian Model Pengembangan kurikulum
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari  sistem  sebenarnya,  dalam  gambaran  yang  lebih  sederhana  serta  mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas
dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii).
Jadi, Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan.
B.MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya;
1.Model Kurikulum Berdasarkan Proses Pengajaran
a.The Subject Design
Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang Yunani kemudian Romaawi mengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium meliputi matematiks, geometri, astonomi, dan musik.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :
1)kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang lainnya.
2)isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3)Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebuutuhan dan pengalaman peserta didik
4)Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakannya
5)Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini mempunyai beberapa kelebhan karena kelebihan-kelebihan tersebut  bentuk kurikulum ini lebih banyak dipakai.
1)Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara  sitematis logis, maka penyusunnya cukup mudah.
2)Bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru maupun orang tua, sehingga lebih mudah  untuk dilaksanakan.
3)Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi umumnya menggunakan bentuk ini
4)Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi
5)Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya masa lalu.
b.The Disciplines Design
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, satu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang   teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan,disciplines design  tidak seperti  subject design yang menekankan penguasaab fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (understing). Para peserta didik didorong untuk memahami logika  atau struktur dasar  suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and discovery).
Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain ini maasih memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan yang berintegrasi.Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan.Ketiga, belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih luas  dibandingkan dengan  subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
c.The Broad Fields Design
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara beberapa hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini.Pertama, kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali.Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali,tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah di bandingkan dengan subject design,  tetapi model ini tetap menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.
2.Model Kurikulum Berdasarkan Pengelolaan Kurikulum
a.Model administrative ( Administrative )
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staf, karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan dan mendapat pengakajian yang seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, guru-guru bidang studi yang senior.
Karena sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan kurikulum demikian disebut juga model “top down” atau “line staff”. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaanya, terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponenya prosedur pelaksanaan maupun keberhasilanya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah. Sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah maupun sekolah.
b.Model dari bawah ( Grass-Roots )
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama,digunakan dalam sistim pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan Grass Roots Model akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan keseluruhan komponen kurikulum. Apabil kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, vasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu dialah yang paling berkompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembang kurikulum yang deikemukakan oleh smith, stanley dan shores (1957:429) dalam pengembangan kurikulum karangan Prof. DR. Nana Syaodih Sukmadinata.
Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
3.Model Kurikulum Berdasarkan Implementasi Kurikulum
Terdapat beberapa model implementasi kurikulum, sebagaimana yang disampaikan oleh Miller dan Seller (1985: 249-250), yaitu :
a.The Concerns Based Adaptation Model (CBAM)
Inti dari model ini adalah menggambarkan, mengidentifikasi beberapa tingkat perhatian atau kepedulian guru tentang suatu inovasi dan bagaimana guru menggunakan inovasi di dalam kelas. Model ini merupakan hasil riset implementasiinovasi di sekolah dan perguruan tinggi, yang diselenggarkan oleh Universitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Texas. CBAM mengemukakan dua deminsi untuk menguraikan perubahan yaitu :
1)Stage of Concern about the Inovation (SoC), dengan menguraikan perasaan guru dalam proses perubahan,
2)Level of Use the Inovation (LoU) dengan menguraikan performen guru dalam menggunakan sebuah program baru. Model ini dikembangkan oleh Hall dan Louck (1978).
b.TORI Model.
Model ini dikembangkan oleh Gibb (1978) dengan fokus utama pada perubahanpersonal atau pribadi dan perubahan sosial. Model ini menyediakan suatu skala yang membantu guru mengidentifikasi bagai mana lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai harapan untuk mengimplementasikan inovasi dalam praktek dan menyediakan beberapa petunjuk untuk menyediakan perubahan.
c.The Profile Inovate Model
Model ini dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982, yang juga berfokus pada guru. Model implementasi kurikulum ini, memungkinkan para guru dan pengembang kurikulum untuk mengembangkan suatu gambaran (profile), hambatan-hambatan dalam melakukan perubahan, serta berupaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Model Leithwood ini tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga memberikan strategi-strategi bagi guru untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi. Kedua model di atas dapat digunakan dalam implementasi program yang memiliki orientasi beragam, serta kedua model ini paling sering digunakan dalam orientasi kurikulum transaksional (transaction curriculum).


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Model pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan pengembangan kurikulum tersebut.